Rabu, 11 Juni 2014

MAKALAH FIFO



BAB I
PENDAHULUAN
1.1      

                   
                    Latar belakang
 Pada perkembangan akuntansi banyak perusahaan yang lebih memilih untuk menggunakan metode FIFO dan Metode Average sedangkan Metode LIFO sudah banyak perusahaan yang tidak menggunakannya.
            Di dalam UU sudah dijelaskan bahwa penggunaan metode LIFO dilarang karena harga barang akan cenderung meningkat dan menyebabkan laba yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode FIFO ataupun metode Average.
            Metode LIFO lebih banyak digunakan dalam bidang pajak karena dapat menghemat pajak suatu perusahaan daripada pembuatan laporan keuangan perusahaan.IASB juga menyatakan bahwa metode LIFO dilarang untuk digunakan.
Metode FIFO (First In First Out) pertama kali dikenal dalam akuntansi keuangan sebagai salah satu metode dalam penilaian persediaan barang. Harga yang digunakan sebagai dasar dalam menilai persediaan barang dapat memakai harga lama atau harga baru.
Pada metode FIFO, persediaan barang yang dikeluarkan untuk produksi atau dijual, nilainya didasarkan pada harga menurut urutan yang pertama masuk.Jadi, untuk penilaian pada persediaan barang yang tersisa, berarti harganya didasarkan pada harga baru atau harga urutan yang terakhir.
1.2          Batasan masalah
Pada pembahasan ini kita akan membahas tentang persediaan barang dengan metode FIFO










BAB II
PEMBAHASAN
2.1          Pengertian Persediaaan
Persediaan adalah Barang yang masih tersisa digudang pada akhir tahun /periode dan masih dapat digunakan untuk tahun berikutnya.Salah satu item yang nilainya terbesar dalam aset lancar perusahaan adalah Inventory (Persediaan).Sehingga, inventory menjadi salah satu bagian terpenting dari sebuah neraca.Oleh karena itu, bagi pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, analisa terhadap inventory menjadi hal yang sangat penting.
“Inventory atau Persediaan dapat juga diartikan  aset berupa barang maupun bahan baku, yang ditujukan untuk dijual, sedang dalam proses produksi, atau akan digunakan untuk proses produksi.’’
Jenis- jenis persediaan
1.Persediaan Bahan Baku (Row Materials Stock)
Yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber alam maupun dibeli dari supplier atau pemasok atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan / pabrik yang menggunakannya.
2.Persediaan Bagian Produk yang dibeli (Purchased Components Stock)
Yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari bahan setengah jadi yang akan dirangkai dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3.Persediaan Bahan-Bahan Pembantu atau Barang-BarangPerlengkapan (Supplies stock)
Yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4.Persediaan Barang Setengah Jadi atau Barang Dalam Proses (Work In Process / Progress Stock)
Yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
5.Persediaan Barang Jadi (Finished Good Stock)
Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
Persediaan barang baik dalam usaha dagang maupun dalam perusahaan manufaktur merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi, oleh karena itu persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam neraca.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 butir 4 (revisi 2008) pengertian Persediaan adalah aset:
1.       “Barang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha .”
2.       “Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut dan dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.”
3.       “ Persediaan adalah suatu jenis aktiva atau barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau badan usaha (saat) tertentu, yang akan dijual kembali atau akan dikonsumsi (dipakai) dalam operasi normal perusahaan. (F.X. Sudarsono ; 1996,106).”
4.       “ Persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang biasa atau barang yang dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual. (Kieso dan Weygandt ; 1995,491).”
5.       “Dari segi neraca, persediaan adalah barang atau bahan yang masih tersedia pada tanggal neraca, yang dapat segera dijual atau digunakan (dikonsumsi) atau diolah dahulu (manufaktur) kemudian dijual.”(Radiks Purba ; 1955,159)
Pengertian persediaan untuk jenis barang tertentu bagi perusahaan yang satu tidak sama dengan perusahaan yang lain, misalnya aktiva berupa : mobil, mesin-mesin pabrik merupakan aktiva tetap bagi perusahaan manufaktur namun bagi perusahaan perdagangan mobil dan mesin-mesin pabrik aktiva jenis tersebut merupakan persediaan.
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut.Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu memang berbeda.Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen.  Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi produk selesai.
2.2       Pengertian Metode FIFO Sistem Pencatatan Persediaan Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
Metode First In First Out (FIFO) adalah suatu metode penilaian persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali . Pada umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhana baik sistem fisik/periodic maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang sama.
Metode ini juga dikenal dengan sebutan metode MPKP atau Masuk Pertama Keluar Pertama.
Dengan kata lain  Metode FIFO adalah “Barang yang dibeli lebih awal dianggap akan dijual lebih awal pula.  Oleh karena itu, harga perolehan barang yang dibeli lebih awal akan dibebankan lebih dahulu sebagai HPP.”
Dalam melakukan penilaian terhadap biaya inventory, Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir.
Metode ini juga mengasumsikan bahwa barang yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka beli.Oleh karena itu, barang-barang yang dibeli pertama kali adalah barang-barang pertama yang dijual dan barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir. Karenanya, untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan .
Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama pertama kali sehingga Metode FIFO merupakan metode yang paling luas digunakan dalam penilaian persediaan.
Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik dari barang tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan barangnya.Dengan demikian metode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok barang dari transaksi yang terdahulu
Dalam metode ini, barang yang pertama kali dibeli (persediaan lama) adalah yang pertama kali dijual. Keuntungan menggunakan FIFO adalah pada akhir  inventory tercatat harga yang terbaru, sehingga lebih menggambarkan kondisi sebenarnya.
Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir.
Sistem pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1.            Sistem fisik (physical inventory system)
2.            Sistem Perpetual (perpetual inventory system).

Sistem Fisik (Physical Inventory System)
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan.Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi.
Ciri-ciri sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :
             Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam  suatu catatan tertentu.
             Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
             Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Sistem ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan manajemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
 Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)
Ø  Sistem persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian (pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan. Ciri-ciri pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
o   Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
o   Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah harga pokok penjualan.
o   Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan
o   Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang

Perbedaan system periodik dan perpetual antara lain:

1)      Transaksi pembelian dalam sistem periodik menggunakan akun pembelian sedangkan sistem pencatatan terus menerus menggunakan akun persediaan barang.

2)      Transaksi penjualan dalam sistem periodik hanya menjurnal transaksi penjualan sesuai harga jualnya, sedangkan dalam sistem pencatatan terus menerus disamping menjurnal penjualan juga dijurnal harga pokok dari barang tersebut, dan jumlah persediaan barang yang berkurang.

3)      Dalam sistem periodik tidak diketahui berapa laba kotor dari transaksi penjualan, sedangkan dengan sistem pencatatan terus menerus diketahui laba kotor penjualan dengan cara mengurangi harga jual dengan harga pokoknya.

4)      Nilai persediaan barang dalam sistem pencatatan periodik adalah tetap sesuai nilai persediaan awalnya, sedangkan pada sistem pencatatan terus menerus nilainya selalu berubah setiap adanya mutasi barang.

5)      Dalam sistem periodik pada akhir periode akuntansi akan dibuat jurnal penyesuaian untuk menutup nilai persediaan awal dan membuka persediaan akhir. Sedangkan pada sistem pencatatan terus menerus tidak perlu ayat penyesuaian (kecuali ada barang hilang atau rusak).



2.3       Kelebihan Metode FIFO.
Metode FIFO memiliki kelebihan antara  lain :
1.       menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah,
2.       menghasilkan laba kotor yang tinggi,
3.       menghasilkan persediaan akhir yang tinggi.











BAB III
CONTOH KASUS

3.1   CONTOH TRANSAKSI DENGAN METODE FIFO

01/08/2009  CV. Persediaan Barang dagang sebanyak 30 buah @ US$ 10 Ribu
03/08/2009  CV. Kusuma Putri membeli barang dagang sebanyak 20 buah @ US$ 15 Ribu.
06/08/2009  CV. Kusuma Putri menjual barang dagang sebanyak 35 buah.
15/08/2009  CV. Kusuma Putri menjual barang dagang sebanyak 10 buah.
20/08/2009   CV. Kusuma Putri membeli barang dagang sebanyak 40 buah @ US$10 Ribu.
22/08/2009   CV. Kusuma Putri Membeli barang dagang sebanyak 15  @ US$ 12 Ribu.
27/08/2009   CV. Kusuma Putri menjual barang dagang sebanyak 30 buah.
28/08/2009   CV. Kusuma Putri menjual barang dagang sebanyak 20 buah.
30/08/2009   CV. Kusuma Putri membeli barang dagang sebanyak 10 buah @ US$ 12 Ribu.












Tgl
Keterangan
Jumlah
Harga( Ribu)
Total
01
Persediaan
30
10
300.000
03
Pembelian
20
15
300.000
06
Penjualan
30
10
300.000


5
15
75.000
15
Penjualan
10
15
150.000
20
Pembelian
40
10
400.000
22
Pembelian
15
12
180.000
27
Penjualan
5
15
75.000


25
10
250.000
28
Penjualan
15
10
150.000


5
12
60.000
30
Pembelian
10
12
120.000

















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.       Metode yang banyak digunakan perusahaan dalam pencatatan laporan keuangan salah satunya adalah metode FIFO.
2.       Prinsip akuntansi adalah mengeluarkan pengorbanan yang sedikit untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal.
3.       metode FIFO menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah,
4.       Nilai persediaan akhir yang tinggi serta laba kotor tertinggi dibandingkan dengan metode yang lainnya.
5.       Nilai persediaan metode FIFO akan menggambarkan nilai persediaan yang sebenarnya.
Analisa deskriptif juga menunjukkan bahwa kebijakan pencatatan, penilaian dan pelaporan persediaan barang dagang telah diterapkan secara wajar sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
















4.2 Daftar Pustaka

http://alifsyarmizaro.blogspot.com/2011/03/alasan-us-gaap-masih-mengadopsi-lifo.html
http://dasar-akuntansi.blogspot.com/2009/09/akuntansi-persediaan.html
Assauri, Sofjan. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi revisi 2008. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Jakarta: 2008
Baridwan, Zaki. Intermediate Accounting. Edisi 8. BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta:2008
Hamizar, Nuh Muhammad. Intermediate Accounting. CV Fajar.
Jakarta:2009
Hery. Pengantar Akuntansi 1. Universitas Indonesia. Jakarta:2009














4.3 Lampiran
Contoh Kartu Persediaan
a.Kartu persediaan barang system periodik
KARTU PERSEDIAAN
PT. …
Nama barang :
No. kode :
Satuan :
Tanggal
Diterima
Nomor
Bukti
Dibeli
Dari
Jumlah
Satuan
Harga
Satuan
Jumlah
Harga
Jumlah Harga Persediaan Barang







Total





b.    Kartu persediaan barang sistem perpetual
Kartu persediaan
Nama barang :
Metode :
Kode barang :

Satuan :

Tgl
No
Bukti
Pembelian
Penjualan
Persediaan akhir
unit
Harga
satuan
Jumlah
(Rp)
unit
Harga
satuan
Jumlah
(Rp)
unit
Harga
satuan
Jumlah
(Rp)


































Perbedaan ke-2 system :

Keterangan
System fisik
System perpetual
a.
Pembelian barang dagang secara kredit
Pembelian (D)
Utang dagang (K)
Persedian barang dagang (D)
Utang dagang(K)
b.
Penjualan barang dagang secara kredit
Piutang dagang(D)
Penjuala (K)
Piutang dagang (D)
Penjualan (K)
Harga pokok barang yang dijual dicatat Harga pokok penjualan(D)
Persediaan barang dagang (K)
c.
Retur pembelian
Utang dagang (D)
Retur pembelian (K)
Utang dagang (D)
Persediaan barang dagang (K)
d.
Retur penjualan
Retur penjualan (D)
Piutng dagang (K)
Retur penjualan (D)
Piutng dagang (K),dan
Persediaan barang dagang (D)
Harga pokok penjualan (K)
e.

Tidak ada pencatatan HPP dan persediaan barang sehingga tidak ada informasi barang persediaan akhir periode, kartu persediaan barang akhir periode. Kartu persediaan barang untuk mencatatat pembelian barang dagangan.
Dapat memberikan informasi persediaan barang diakhir periode, karena adanya akun persediaan barang dan akun HPP. Kartu persediaan sebagai buku pembantu, akun persediaan barang untuk mencatat mutasi persediaan barang.
f.

HPP dan persediaan barang jumlahnya ditentukan dengan menghitung jumlah fisik pada akhir periode dan dengan rumus.
Perhitungan fisik barang dilakukan setiap terjadi transaksi pada persediaan barang(yang mempengaruhi mutasi barang).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar