JENIS-JENIS
LAPORAN KEUANGAN
Jenis laporan keuangan utama dan
pendukung laporan keuangan terdiri atas :
Daftar Neraca
yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu
tanggal tertentu.
perhitungan
Laba/Rugi
yang menggambarkan jumlah Pendapatan & Biaya, serta
Laba/Rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
Laporan Sumber dan Penggunaan dana.
Di sini
dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode
Laporan Arus Kas.
Disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu
periode.
Laproan harga pokok produksi
yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang
diperhitungkan dalam harga pokok produksi usatu barang.
Laporan Laba
Ditahan,
menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan
kepada pemilik saham.
Laporan Perubahan
modal,
menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam
Perseroan Terbatas atau Modal dalam perusahaan perseroan.
Dari
beberapa janis laporan keuangan tersebut di atas, akan diuraikan sebagai
berikut :
a)
Laporan Neraca (Posisi Keuangan)
Laporan
neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan.
Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat
tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saaat dan merupakan opname situasi
posisi keuangan pada saat itu. Isi/komponen laporan neraca terdiri atas:
1.
Harta,Aktiva (Asset)
Asset
adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan
misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak terwujud, dan
lain-lain. Pengertian asset ini dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut
:
Menurut Accounting Principal Board (APB) Statement
(1970:132) dikemukakan bahwa :
“kekayaan
ekonomi perusahaan, termasuk didalamnya pembebanan yang ditunda, yang dinilai
dan diakui sesuai prinsip akuntansi yang berlaku.”
Selanjutnya Financial
Accounting Standard Board (FASB) (1985) memberikan definisi sebagai berikut
:
“asset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang
diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai
akibat transaksi atau kejadian yang lalu.”
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dapat
dikatakan bahwa sesuatu dianggap sebagai asset jika di masa yang akan datang
dapat diharapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada perusahaan.
Selanjutnya klasifikasi aktiva yang dimiliki perusahaan
terdiri dari berbagai macam. Secara umum klasifikasi aktiva tetap terdiri atas
: 1) aktiva tetap berwujud (Fixed Asset), dan 2) aktiva tetap tidak berwujud
(Intangible Assets). Aktiva tetap berwujud meliputi semua barang yang
dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dipakai secara aktif dalam operasi
perusahaan, dan mempunyai masa kegunaan relatif permanen. Aktiva tetap berwujud
yang mempunyai masa kegunaan yang terbatas harus didepresiasi selama masa
kegunaannya, dan disajikan dalam neraca sebesar nilai bukunya (harga perolehan
dikurangi dengan akumulasi depresiasinya). Yang termaduk dalam golongan aktiva
ini adalah bangunan, mesin dan alat-alat pabrik, mebel dan alat-alat kantor
kendaraan dan alat-alat transport, alat kerja bengkel, aktiva sumber
alam. Sedang aktiva tetap berwujud yang mempunyai masa kegunaan tidak terbatas,
disajikan di dalam neraca sebesar harga perolehan. Sedangkan aktiva tetap tidak
berwujud meliputi hak-hak preferensi ( istimewa ) yang dijamin oleh
undang-undang, kontrak, perjanjian-perjanjian dan mempunyai masa manfaat dalam
waktu relatif permanen.
Selanjutnya menurut Harnanto (1991:357), bagi manajemen
operating investment (assets), meliputi seluruh mesin dan alat-alat pabrik dan
lain-lain equipmen serta modal kerja yang ditempatkan untuk dikelola atau
dioperasikan dalam usaha perusahaan untuk menghasilkan laba.
Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pada
sudut pandang operasional investasi, aktiva tetap adalah merupakan salah satu
unsur penting yang perlu menjadi fokus perhatian bagi perusahaan dalam kegiatan
operasionalnya dalam kaitannya dengan menghasilkan pendapatan/laba.
Disamping itu untuk untuk tujuan pemeliharaan kondisi aktiva tetap baik berwujud
maupun tidak berwujud tetap dalam kondisi produktif bagi perusahaan diperlukan
adanya depresiasi dan amortisasi sebagai proses alokasi harga perolehan aktiva
tetap tersebut.
2. Kewajiban/utang
(Liabilities)
Menurut definisi yang diberikan oleh APB bahwa :
“kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan
dinilai seusuai prinsip akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit
yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.”
Berdasarkan definisi di atas, maka kewajiban ekonomis
bagi perusahaan adalah diartikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa
yang akan datang. Selanjutnya FASB memberikan definisi kewajiban sebagai
berikut :
“….kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis di masa yang
akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk memberikan
harta atau memberikan jasa kepada pihak lain di masa yang akan datang sebagai
akibat suatu transaksi atau kejadian yang sudah terjadi.”
Definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa kewajiban
memiliki 3 sifat utama yaitu ; (1) kewajiban itu benar ada, (2) kewajiban itu
tidak dapat dihindarkan, (3) kewajiban yang mewajibkan perusahaan telah
terjadi.
Kewajiban jika dikategorikan sesuai dengan jangka
waktunya, maka terdapat kewajiban jangka pendek (Current liabilities) dan
kewajiban jangka panjang (long-term liabilities). Menurut Harnanto
(1991:59), hutang jangka panjang adalah semua hutang yang jatuh tempo
pembayarannya melampaui batas waktu satu tahun sejak tanggal neraca atau
pembayarannya tidak akan dilakukan dalam periode siklus operasi perusahaan,
tetapi lebih panjang dari batas waktu tersebut. Hutang obligasi, hutang
hipoteik, hutang bank (kredit investasi) merupakan contoh-contoh dari hutang
jangka panjang.
Dalam kegiatan operasi perusahaan, hutang jangka panjang
merupakan salah satu sumber permodalan yang mengandung resiko, karena memiliki
komitmen untuk melakukan pembayaran sesuai jumlah yang disepakati, meski
perusahaan dalam keadaan rugi sekalipun, sehingga hutang dapat saja menanggung
resiko melebihi jumlah modal sendiri. Hal ini dipertegas oleh Harnanto
(1991:304) bahwa semakin besar proporsi hutang di dalam struktur permodalan
perusahaan, akan semakin besar pula kemungkinan terjadinya ketidak mampuan
untuk membayar kembali hutang beserta bunganya pada tanggal jatuh
temponya. Pernyataan tersebut berarti bahwa bagi para kreditur bahwa
kemungkinan turut sertanya dana yang mereka tanamkan di dalam perusahaan, untuk
dipertaruhkan pada resiko kerugian juga semakin besar. Sedangkan bagi para pemilik
khususnya pemegang saham biasa, adaaanya hutang di dalam perusahaan merupakan
pula suatu resiko tersendiri terhadap kemungkinan rugi yang dihadapi dari dana
yang mereka tanamkan. Tetapi resiko itu juga diimbangi adanya harapan
untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi (rentabilitas) sebagai
akibat penggunaan modal asing. Akan tetapi perlu diingat bahwa proporsi
hutang/modal asing yang berlebihan akan berakibat pada fleksibilitas manajemen
untuk beralih pada aktivitas yang profitable akan tertutup dan menghadapi
banyak hambatan/tintangan.
3.
Modal Pemilik (Owner’s Equity)
Equity adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva
suatu lembaga (entity) setelah dikurangi kewajibannya. Kategori
modal bagi setiap perusahaan dapat berbeda yaitu pada perusahaan perseorangan
nilai modal ini merupakan modal pemiliknya sendiri. Sedangkan dalam perusahaan
perseroan terdiri dari modal setor dan modal dari pendapatan (retained
Earnings).
b)
Laporan Laba rugi (Profit & Loss)
Committee on Terminology memberikan definisi laba
sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain,
dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Sedangkan menurut APB
Statement mengartikan laba rugi sebagai kelebihan/defisit penghasilan di atas
biaya selama suatu periode akuntansi.
Dari definisi tersebut di atas, maka laba rugi merupakan
selisih positif atau selisih negatif yang diperoleh dari operasi dan
non-operasional perusahaan terhadap biaya dalam satu periode akuntansi yang
menyebabkan perubahan dalam posisi equity (net asset) perusahaan. Hal
ini dipertegas lagi oleh FASB Statement dengan mendefinisikan Accounting
Income atau Laba akuntansi sebagai perubahan dalam equity (net asset) dari
suatu entity selama suatu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan
kejadian atau peristiwa yang berasal dari bukan pemilik. Isi/komponen laporan
laba rugi terdiri atas :
1.
Pendapatan/hasil (Revenue)
Pendapatan/hasil (revenue) merupakan hasil
penjualan/penyerahan jasa oleh perusahaan kepada langganan atau penerima jasa.
Menurut Harahap (2002:114) mengemukakan bahwa :
“suatu penghasilan akan diakui sebagai pendapatan pada
periode kapan kegiatan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang
dan jasa itu telah selesai.”
Definisi
tersebut memberi penekanan pengakuan pendapatan dari sisi waktu. Ditinjau dari
sisi waktu maka pengakuan pendapatan tersebut dapat digunakan alternatif ; (1)
selama produksi, (2) pada saat proses produksi selesai, (3) pada saat
penjualan/penyerahan jasa, (4) pada saat penagihan Kas.
2.
Biaya (Expense)
Menurut APB mendefinisikan sebagai penurunan gross dalam
asset atau kenaikan gross dalam kewajiban yang diakui dan
dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan
mencari laba yang dilakukan perusahaan. Sedangkan menurut FASB mendefinisikan expense
sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau muculnya kewajiban
atau kombinasi keduanya selama suatu periode yang disebabkan oleh pengiriman
barang, pembuatan barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya
yang merupakan kegiatan utama perusahaan.
Penggolongan biaya terdiri atas ; (biaya yang dihubungkan
dengan penghasilan pada periode itu, (2) biaya yang dihubungkan dengan periode
tertentu yang tidak dikaitkan dengan penghasilan, (3) biaya yang akrena alasan
praktis tidak dapat dikaitkan dengan periode manapun.
3.
Laba rugi Insidentil (Insidentil Gains & Insidentil Loses)
Menurut FASB Gains adalah naiknya nilai Equity dari
transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan
dari transaksi atau kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selam satu
periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari
pemilik. Sedangkan Loses adalah turunnya equity dari
transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan
dari seluruh transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama
periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau pemberian kepada pemilik
(prive).
4.
Pos Luar Biasa (Extraordinary item)
Pos luar biasa merupakan kejadian atau transaksi yang
mempengaruhi secara materiil yang tidak diperkirakan terjadi berulang kali dan
tidak dianggap merupakan hal yang berulang dalam proses operasiyang biasa dari
sautu perusahaan. Menurut PAI kriteria Pos luar biasa ini adalah : (1) bersifat
tidak normal (tidak biasa), artinya memiliki tingkat abnormalitas yang tingi
dan tidak berhubungan dengan aktivitas perusahaan sehari-hari, (2) tidak sering
terjadi, atau tidak diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang..
Pelaporan pos luar biasa ini harus dipisahkan dari hasil
usaha sehari-hari dan ditunjukkan secara terpisah dalam perhitungan laba rugi
disertai pengungkapan mengenai sifat dan jumlahnya.
Selanjutnya menurut Michael A. Diamond (1993:23) bahwa :
“…The four main financial statement are the balance
sheet, the income stattement, the retained earnings statement, and the
statement of cash flows.”
Definisi
tersebut di atas menunjukkan bahwa diantara berbagai laporan keuangan yang
biasanya disajikan oleh perusahaan, maka ada empat diantaranya merupakan
laporan keuangan utama yang lazim digunakan yaitu : laporan neraraca, laporan
laba-rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas.
REFERENSI
Wikipedia.com
Google.com
Slideshare.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar