BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pada
perkembangan akuntansi banyak perusahaan yang lebih memilih untuk menggunakan
metode FIFO dan Metode Average sedangkan Metode LIFO sudah banyak perusahaan
yang tidak menggunakannya.
Di
dalam UU sudah dijelaskan bahwa penggunaan metode LIFO dilarang karena harga
barang akan cenderung meningkat dan menyebabkan laba yang lebih kecil
dibandingkan dengan menggunakan metode FIFO ataupun metode Average.
Metode
LIFO lebih banyak digunakan dalam bidang pajak karena dapat menghemat pajak
suatu perusahaan daripada pembuatan laporan keuangan perusahaan.IASB juga
menyatakan bahwa metode LIFO dilarang untuk digunakan.
Metode FIFO (First In First Out)
pertama kali dikenal dalam akuntansi keuangan sebagai salah satu metode dalam
penilaian persediaan barang. Harga yang digunakan sebagai dasar dalam menilai
persediaan barang dapat memakai harga lama atau harga baru.
Pada metode FIFO, persediaan
barang yang dikeluarkan untuk produksi atau dijual, nilainya didasarkan pada
harga menurut urutan yang pertama masuk.Jadi, untuk penilaian pada persediaan
barang yang tersisa, berarti harganya didasarkan pada harga baru atau harga
urutan yang terakhir.
1.2 Batasan
masalah
Pada pembahasan ini kita akan membahas tentang persediaan
barang dengan metode FIFO
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Persediaaan
Persediaan adalah Barang yang
masih tersisa digudang pada akhir tahun /periode dan masih dapat digunakan
untuk tahun berikutnya.Salah satu item yang nilainya terbesar dalam aset lancar
perusahaan adalah Inventory (Persediaan).Sehingga, inventory menjadi salah satu
bagian terpenting dari sebuah neraca.Oleh karena itu, bagi pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan, analisa terhadap inventory menjadi hal yang
sangat penting.
“Inventory atau Persediaan dapat
juga diartikan aset berupa barang maupun
bahan baku, yang ditujukan untuk dijual, sedang dalam proses produksi, atau
akan digunakan untuk proses produksi.’’
Jenis- jenis persediaan
1.Persediaan Bahan Baku (Row
Materials Stock)
Yaitu persediaan barang-barang
berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari
sumber alam maupun dibeli dari supplier atau pemasok atau perusahaan yang
menghasilkan bahan baku bagi perusahaan / pabrik yang menggunakannya.
2.Persediaan Bagian Produk yang
dibeli (Purchased Components Stock)
Yaitu persediaan barang-barang
yang terdiri dari bahan setengah jadi yang akan dirangkai dengan parts lain,
tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3.Persediaan Bahan-Bahan Pembantu
atau Barang-BarangPerlengkapan (Supplies stock)
Yaitu persediaan barang-barang
atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu
berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan,
tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4.Persediaan Barang Setengah Jadi
atau Barang Dalam Proses (Work In Process / Progress Stock)
Yaitu persediaan barang-barang
yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah
diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian
menjadi barang jadi.
5.Persediaan Barang Jadi
(Finished Good Stock)
Yaitu persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual
kepada pelanggan atau perusahaan lain.
Persediaan barang baik dalam
usaha dagang maupun dalam perusahaan manufaktur merupakan jumlah yang akan
mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi, oleh karena itu persediaan barang
yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah
dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam
laporan laba rugi dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi
persediaan dalam neraca.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 butir 4
(revisi 2008) pengertian Persediaan adalah aset:
1.
“Barang tersedia untuk dijual dalam
kegiatan usaha .”
2.
“Dalam proses produksi untuk penjualan
tersebut dan dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.”
3. “
Persediaan adalah suatu jenis aktiva atau barang yang dimiliki oleh suatu
perusahaan atau badan usaha (saat) tertentu, yang akan dijual kembali atau akan
dikonsumsi (dipakai) dalam operasi normal perusahaan. (F.X. Sudarsono ;
1996,106).”
4. “
Persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang
biasa atau barang yang dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual.
(Kieso dan Weygandt ; 1995,491).”
5. “Dari
segi neraca, persediaan adalah barang atau bahan yang masih tersedia pada
tanggal neraca, yang dapat segera dijual atau digunakan (dikonsumsi) atau
diolah dahulu (manufaktur) kemudian dijual.”(Radiks Purba ; 1955,159)
Pengertian persediaan untuk jenis
barang tertentu bagi perusahaan yang satu tidak sama dengan perusahaan yang
lain, misalnya aktiva berupa : mobil, mesin-mesin pabrik merupakan aktiva tetap
bagi perusahaan manufaktur namun bagi perusahaan perdagangan mobil dan
mesin-mesin pabrik aktiva jenis tersebut merupakan persediaan.
Persediaan barang
diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut.Dalam perusahaan
perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual kembali
dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan
pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan perdagangan
dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu memang
berbeda.Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya
dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan
seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada
pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen. Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah
mengolah bahan mentah menjadi produk selesai.
2.2 Pengertian Metode FIFO Sistem Pencatatan
Persediaan Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
Metode First In First Out (FIFO)
adalah suatu metode penilaian persediaan yang menganggap barang yang pertama
kali masuk diasumsikan keluar pertama kali . Pada umumnya perusahaan
menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhana baik
sistem fisik/periodic maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian
persediaan yang sama.
Metode ini juga dikenal dengan
sebutan metode MPKP atau Masuk Pertama Keluar Pertama.
Dengan kata lain Metode FIFO adalah “Barang yang dibeli lebih
awal dianggap akan dijual lebih awal pula.
Oleh karena itu, harga perolehan barang yang dibeli lebih awal akan
dibebankan lebih dahulu sebagai HPP.”
Dalam melakukan penilaian terhadap
biaya inventory, Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang
yang pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam
metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling
akhir.
Metode ini juga mengasumsikan
bahwa barang yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka beli.Oleh
karena itu, barang-barang yang dibeli pertama kali adalah barang-barang pertama
yang dijual dan barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan
untuk biaya akhir. Karenanya, untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya
sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan
untuk penilaian laporan .
Metode ini konsisten dengan arus
biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama
pertama kali sehingga Metode FIFO merupakan metode yang paling luas digunakan
dalam penilaian persediaan.
Metode FIFO seringkali tidak
nampak secara langsung pada aliran fisik dari barang tersebut karena
pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan
barangnya.Dengan demikian metode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok
barang. Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama
kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga
maka digunakan harga dari stok barang dari transaksi yang terdahulu
Dalam metode ini, barang yang
pertama kali dibeli (persediaan lama) adalah yang pertama kali dijual.
Keuntungan menggunakan FIFO adalah pada akhir inventory tercatat harga yang terbaru,
sehingga lebih menggambarkan kondisi sebenarnya.
Metode FIFO menganggap bahwa
harga pokok dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan merupakan barang
yang dijual pertama kali. Dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan
harga pokok pembelian yang paling akhir.
Sistem pencatatan persediaan yang
lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1. Sistem fisik (physical inventory system)
2. Sistem Perpetual (perpetual inventory system).
Sistem Fisik (Physical Inventory System)
Sistem persediaan fisik atau
periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik
dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan
catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan.Sistem fisik
digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan
pada akhir periode akuntansi.
Ciri-ciri sistem fisik atau
periodik adalah sebagai berikut :
• Pemasukan dan pengeluaran
persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam suatu catatan tertentu.
• Pembelian
barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
• Perhitungan persediaan akhir
sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan
jurnal penyesuaian.
Sistem ini cukup sederhana dan
mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan persediaan, karena
kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan manajemen tidak
memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem
persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan
terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar
harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan
(kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap
jenis persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang
dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian
(pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan. Ciri-ciri
pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
o
Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan
mendebit rekening persediaan barang.
o
Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan)
dicatat mengkredit persediaan sejumlah harga pokok penjualan.
o
Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas
sisa atau saldo persediaan
o
Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan
neraca dan laporan perhitungan laba rugi karena penentuan persediaan akhir
tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan fisiknya tetap
dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang
Perbedaan system periodik
dan perpetual antara lain:
1 Transaksi
pembelian dalam sistem periodik menggunakan akun pembelian sedangkan
sistem pencatatan terus menerus menggunakan akun persediaan barang.
2)
Transaksi
penjualan dalam sistem periodik hanya menjurnal transaksi penjualan sesuai
harga jualnya, sedangkan dalam sistem pencatatan terus menerus disamping
menjurnal penjualan juga dijurnal harga pokok dari barang tersebut, dan jumlah
persediaan barang yang berkurang.
3)
Dalam
sistem periodik tidak diketahui berapa laba kotor dari transaksi penjualan,
sedangkan dengan sistem pencatatan terus menerus diketahui laba kotor penjualan
dengan cara mengurangi harga jual dengan harga pokoknya.
4)
Nilai
persediaan barang dalam sistem pencatatan periodik adalah tetap sesuai nilai
persediaan awalnya, sedangkan pada sistem pencatatan terus menerus nilainya
selalu berubah setiap adanya mutasi barang.
5)
Dalam
sistem periodik pada akhir periode akuntansi akan dibuat jurnal penyesuaian
untuk menutup nilai persediaan awal dan membuka persediaan akhir. Sedangkan
pada sistem pencatatan terus menerus tidak perlu ayat penyesuaian (kecuali ada
barang hilang atau rusak).
2.3 Kelebihan Metode FIFO.
Metode FIFO
memiliki kelebihan antara lain :
1.
menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah,
2.
menghasilkan laba kotor yang tinggi,
3.
menghasilkan persediaan akhir yang tinggi
BAB III
CONTOH KASUS
3.1 CONTOH TRANSAKSI DENGAN METODE FIFO
01/08/2009
CV. Persediaan Barang dagang sebanyak 30 buah @ US$ 10 Ribu
03/08/2009
CV. Kusuma Putri membeli barang dagang sebanyak 20 buah @ US$ 15 Ribu.
06/08/2009
CV. Kusuma Putri menjual barang dagang sebanyak 35 buah.
15/08/2009
CV. Kusuma Putri menjual barang dagang sebanyak 10 buah.
20/08/2009
CV. Kusuma Putri membeli barang dagang sebanyak 40 buah @ US$10 Ribu.
22/08/2009
CV. Kusuma Putri Membeli barang dagang sebanyak 15 @ US$ 12 Ribu.
27/08/2009
CV. Kusuma Putri menjual barang dagang sebanyak 30 buah.
28/08/2009
CV. Kusuma Putri menjual barang dagang sebanyak 20 buah.
Tgl
|
Keterangan
|
Jumlah
|
Harga( Ribu)
|
Total
|
01
|
Persediaan
|
30
|
10
|
300.000
|
03
|
Pembelian
|
20
|
15
|
300.000
|
06
|
Penjualan
|
30
|
10
|
300.000
|
5
|
15
|
75.000
|
||
15
|
Penjualan
|
10
|
15
|
150.000
|
20
|
Pembelian
|
40
|
10
|
400.000
|
22
|
Pembelian
|
15
|
12
|
180.000
|
27
|
Penjualan
|
5
|
15
|
75.000
|
25
|
10
|
250.000
|
||
28
|
Penjualan
|
15
|
10
|
150.000
|
5
|
12
|
60.000
|
||
30
|
Pembelian
|
10
|
12
|
120.000
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Metode
yang banyak digunakan perusahaan dalam pencatatan laporan keuangan salah
satunya adalah metode FIFO.
2. Prinsip
akuntansi adalah mengeluarkan pengorbanan yang sedikit untuk menghasilkan keuntungan
yang maksimal.
3. metode
FIFO menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah,
4. Nilai
persediaan akhir yang tinggi serta laba kotor tertinggi dibandingkan dengan
metode yang lainnya.
5. Nilai
persediaan metode FIFO akan menggambarkan nilai persediaan yang sebenarnya.
Analisa deskriptif juga
menunjukkan bahwa kebijakan pencatatan, penilaian dan pelaporan persediaan
barang dagang telah diterapkan secara wajar sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK).
4.2 Daftar Pustaka
http://alifsyarmizaro.blogspot.com/2011/03/alasan-us-gaap-masih-mengadopsi-lifo.html
http://dasar-akuntansi.blogspot.com/2009/09/akuntansi-persediaan.html
Assauri, Sofjan. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi
revisi 2008. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Jakarta: 2008
Baridwan, Zaki. Intermediate Accounting. Edisi
8. BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta:2008
Hamizar, Nuh
Muhammad. Intermediate
Accounting. CV Fajar.
Jakarta:2009
Hery. Pengantar Akuntansi 1.
Universitas Indonesia. Jakarta:2009
4.3 Lampiran
Contoh Kartu
Persediaan
a.Kartu
persediaan barang system periodik
KARTU PERSEDIAAN
PT. …
|
Nama
barang :
|
|||||
No.
kode :
|
||||||
Satuan
:
|
||||||
Tanggal
Diterima
|
Nomor
Bukti
|
Dibeli
Dari
|
Jumlah
Satuan
|
Harga
Satuan
|
Jumlah
Harga
|
Jumlah Harga Persediaan Barang
|
Total
|
b. Kartu persediaan barang sistem
perpetual
Kartu persediaan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nama
barang :
|
Metode
:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kode
barang :
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Satuan
:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Perbedaan ke-2 system :
Keterangan
|
System fisik
|
System perpetual
|
|
a.
|
Pembelian barang dagang secara
kredit
|
Pembelian (D)
Utang dagang (K)
|
Persedian barang dagang (D)
Utang dagang(K)
|
b.
|
Penjualan barang dagang secara
kredit
|
Piutang dagang(D)
Penjuala (K)
|
Piutang dagang (D)
Penjualan (K)
Harga pokok barang yang dijual
dicatat Harga pokok penjualan(D)
Persediaan barang dagang (K)
|
c.
|
Retur pembelian
|
Utang dagang (D)
Retur pembelian (K)
|
Utang dagang (D)
Persediaan barang dagang (K)
|
d.
|
Retur penjualan
|
Retur penjualan (D)
Piutng dagang (K)
|
Retur penjualan (D)
Piutng dagang (K),dan
Persediaan barang dagang (D)
Harga pokok penjualan (K)
|
e.
|
Tidak ada pencatatan HPP dan
persediaan barang sehingga tidak ada informasi barang persediaan akhir
periode, kartu persediaan barang akhir periode. Kartu persediaan barang untuk
mencatatat pembelian barang dagangan.
|
Dapat memberikan informasi
persediaan barang diakhir periode, karena adanya akun persediaan barang dan
akun HPP. Kartu persediaan sebagai buku pembantu, akun persediaan barang
untuk mencatat mutasi persediaan barang.
|
|
f.
|
HPP dan persediaan barang
jumlahnya ditentukan dengan menghitung jumlah fisik pada akhir periode dan
dengan rumus.
|
Perhitungan fisik barang
dilakukan setiap terjadi transaksi pada persediaan barang(yang mempengaruhi
mutasi barang).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar